19
BAB  I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Rancangan sebuah bangunan tinggi 
untuk penggunaan tunggal seperti 
aparteme
n, perkantoran, sekolahan dan ru
mah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda 
berskala lebih besar, suda
h tentu memerlukan pendekata
n berbagai disiplin ilmu 
perencanaan, fabrikasi baha
n, dan konstruksi bangunan. 
Para ahli secara keseluruhan dalam tim tersebut harus menggunakan 
pendekatan perencanaan bangunan sebagai 
suatu sistem yang m
enyeluruh dimana 
struktur penunjang fisik se
bagai bagian organik tumbuh bersama rancangan bangunan 
tersebut. Struktur tidak boleh dipanda
ng sebagai suatu tambahan yang tidak 
berhubungan dalam ruang fungsional oleh perancangnya, karena skala bangunan tinggi 
pasti memerlukan sistem penunjang struktur
 yang rumit dimana gaya-gaya fisik dan 
lingkungan merupakan penentu rancangan ya
ng penting. Dalam hal ini bangunan harus 
mampu menahan gaya-gaya ver
tikal gravitasi dan gaya hor
izontal angin serta gaya 
gempa di bawah tanah. 
Dapat dikatakan bahwa struktur ba
ngunan tinggi yang dikembangkan hingga 
sekarang ini banyak m
enggunaka
n gabungan dari struktur 
shear wall
 dan struktur 
core 
wall
. Dimana struktur shear wall adalah uns
ur pengaku vertikal 
yang dirancang untuk 
menahan gaya lateral atau gaya gempa 
yang bekerja pada bangunan. Dalam aplikasi 
Universitas 
Sumatera 
Utara
20
konstruksi di lapangan, shear wall ini sering di
tempatkan di bagian ujung dalam fungsi 
ruang suatu bangunan, ataupun ditempatkan 
memanjang di tengah searah tinggi 
bangunan, yang mana akan berfungsi untuk mena
han beban angin ataupun beban gempa 
yang ditransfer melalui struktur
 portal atau struktur lantai. 
Sedangkan core wall adalah merupaka
n sistem dinding pendukung linear yang 
cukup sesuai untuk bangunan tingg
i yang kebutuhan fungsi dan utilitasnya tetap yang 
juga berfungsi untuk memenuhi kekakuan la
teral yang diperluka
n oleh struktur 
bangunan. Dan dalam aplikasi konstsruksi di lapa
ngan kita dapat mengenal struktur core 
wall ini sebagai struktur ruang lift, shaft atau
 service duct. Struktur
 core wall ini juga 
biasanya ditempatkan mema
njang searah tinggi bangunan. 
Sebagai gambarannya, core wall dapat 
dibayangkan sebagai penahan lateral 
yang mi
rip dengan balok besar yang terkantiliv
er dari tanah. Oleh sebab itu tegangan 
geser dan lentur yang bekerja pada di
nding inti menyerupai balok berpenampang 
persegi, dengan anggapan bahwa struktur
 itu akan sanggup menahan gaya-gaya yang 
bekerja padanya dan tidak akan runtuh. Karena
 inti ini juga memikul beban gravitasi, 
keuntungannya adalah timbul pratekan oleh 
gaya-gaya induksi sehingga inti tersebut 
tidak perlu dirancang untuk menahan tegangan 
tarik oleh lentur yang diakibatkan oleh 
beban lateral (hal ini nyata sangat berla
ku pada struktur inti beton yang besar). 
Dalam aplikasi desain konstruksi de
wasa ini, penggunaan core wall 
dipertimbangkan sebagai suatu bagian dari
 sistem konstruksi ba
ngunan tinggi yang bisa 
memikul gaya puntir (torsi), yang dapat terjad
i akibat adanya ekse
ntrisitas beban atau 
Universitas 
Sumatera 
Utara
21
eksentrisitas struktur. Selain
 itu, struktur ini juga dapa
t dibuat secara asimetris dan 
ditempatkan di dalam ataupun di luar bangunan. 
1.2. Perumusan Masalah 
Semakin tinggi suatu bangunan, pentingnya 
aksi gaya lateral me
njadi semakin 
berarti. Pada ketinggian tertentu, ayuna
n lateral bangunan menjadi demikian besar 
sehingga pertimbangan kekakua
n, kekuatan bahan struktur, akan sangat menentukan 
keberhasilan rancangan. Tingkat kekakuan te
rutama bergantung pada jenis sistem 
struktur yang dipilih. Selain itu, efisiens
i suatu sistem struktur tertentu berhubungan 
(berbanding lurus) dengan kuantitas ma
terial yang dipergunakan. Sehingga optimasi 
suatu struktur untuk kebutuhan ruang tert
entu haruslah menghasilkan kekakuan 
maksimum, tetapi dengan berat seminimal mungkin. Dengan demikian akan 
menciptakan suatu sistem struktur yang i
novatif dan dapat diterapkan hingga ambang 
ketinggian tertentu. 
Kestabilan dan kekakuan 
suatu jenis struktur ba
ngunan tinggi untuk me
nahan 
beban sangat tergantung pada sistem strukt
ur itu sendiri. Dalam proses perencanaan 
suatu bangunan tinggi (apakah bangunan itu te
rbuat dari beton ataupun baja), kita 
mempunyai tujuan yang hendak dicapai ad
alah bahwa bangunan itu nantinya akan 
mampu menahan beban-beban vertikal, hor
izontal maupun beban gempa yang terjadi 
padanya. 
Untuk aplikasi struktur bangunan tinggi 
konstruksi beton, ada dua sistem
struktur yang dapat diterapkan yang dipe
rtimbangkan mampu menahan gaya-gaya luar 
Universitas 
Sumatera 
Utara
22
seperti yang disebutkan di 
atas (gaya-gaya horizontal, 
vertikal, maupun gempa), yakni 
kita dapat mengaplikasikan sistem st
ruktur shear wall (dinding geser) atau 
menggunakan sistem struktur core wall (dinding inti). 
Sesuai penjelasan sebelum
nya pada bagian pendahulua
n, sist
em shear wall ini 
direncanakan dengan menempatkan struktur di
nding geser tersebut 
sesuai dengan tujuan 
perencanaan yang kita kehenda
ki, sehingga mampu mengeliminasi gaya-gaya luar yang 
akan timbul pada struktur tersebut. 
Sedangkan sistem core wall kita aplikasikan pada struktur shaft perpipaan, 
shaft lift, dima
na kita kadangkala mere
ncanakan suatu sistem tabung beton yang 
konstruksinya adalah berupa pelat beton tipi
s, yang dibuat dari ba
wah hingga ke atas 
bangunan. 
Pemahaman analisis suatu struktur inti te
rhadap beban lateral bergantung pada 
bentuk, tingkat homoge
nitas, kekakuan dan arah datangnya beban. Di setiap lantai 
terdapat bukaan struktur inti yang 
berkesinambungan yang dikombinasikan dengan 
balok pengikat yang akan menimbulkan karakt
eristik perilaku struktur inti tersebut. 
Struktur inti tersebut dapat berlaku seba
gai penampang terbuka dan terpengaruh gaya 
yang bekerja padanya (menekuk) pada bagian
 atasnya, terutama jika menerima gaya 
asimetris yang menimbulkan puntir. Dengan demikian, tegangan torsi tambahan pada 
bagian atas inti akan terjadi bersamaan denga
n lentur lateral tambah
an serta geser pada 
bagian dasar bangunan. 
Universitas 
Sumatera 
Utara
23
Gambar 1.1. Denah tampang core wall 2 cell 
Dalam tesis ini pembahasannya akan dif
okuskan pada struktur
 core wall dua 
cell, yaitu core wall yang diberi pelat pe
ngaku di bagian tengahnya. Dengan adanya 
beban torsi pada pelat dinding, m
aka akan 
terjadi pelengkungan (warping). Oleh sebab 
itu, dalam tesis ini, analisis dari permasalahannya akan membahas core wall dua cell 
dengan konsep dinding tipis (thin wall). 
1.3. Tujuan Pembuatan Tesis 
Adapun tujuan pembahasan yang diharapk
an dari penulisan tesis ini intinya 
adalah sebagai berikut : 
Dengan adanya beban Torsi yang terjadi pada Core Wall 2 Cell dari analisa pembebanan 
akibat beban angin, akan ditinjau bagaim
ana tegangan-tegangan yang terjadi pada pelat 
tipis Core Wall 2 Cell tersebut. 
Core Wall berperilaku bagai dinding pena
han yang ma
mpu mengeliminasi gaya-gaya 
Torsi dimana Core Wall 2 Cell bisa diumpamakan seperti balok besar berpenampang 
Universitas 
Sumatera 
Utara
24
segi empat ataupun kolom besar yang juga
 berpenampang segi empat dengan kondisi 
jepit bebas menjulang dari
 bawah sampai ke atas. 
1.4. Pembatasan Masalah 
Sebagai pembatas permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan tesis ini 
adalah sebagai berikut : 
a.     Beban luar yang ditinjau hanya beba
n angin yang dimo
difikasi menimbulkan 
beban torsi pada pelat core wall 2 cell. 
b.      Analisa perhitungan struktur akan di
bantu dnegan me
nggunakan methode elemen 
hingga 
c.      Material pelat core wall 2 cell yang di
analisa diasumsikan terbuat dari beton. 
d. 
Bahan yang ditinjau diasumsikan bers
ifat homogen, isotropis dan berlaku Hukum 
Hooke 
e.      Menggunakan teori lendutan kecil 
sehingga diasumsikan penam
pang masih utuh 
serta belum sampaim pada stadium retak.. 
e.      Tampang core wall 2 cell yang ditinjau ad
alah pelat tipis bertampang segi em
pat. 
1.5. Metodologi Pembuatan Tesis 
Metodologi yang dipakai dalam penyusuna
n tesis ini adalah kajian studi 
literatur secara analitis yang me
nyangkut pe
mbahasan core wall 2 ceel, dimana hasil 
Universitas 
Sumatera 
Utara
25
analisis perhitungannya akan dibandi
ngkan dengan hasil perhitungan dengan 
menggunakan Metode Finite Elemen.. 
1.6. Sistematika Penulisan Tesis 
Sebagai salah satu produk tulisan ilmiah, 
ma
ka penulisan tesis ini akan mengacu  
kepada format penulisan tulisan ilmiah 
yang baku, yang sesuai dengan sistematika 
penulisan sebagai berikut : 
BAB I
       :  PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
1.2. Perumusan Masalah 
1.3. Tujuan Pembuatan Tesis 
1.4. Pembatasan Masalah 
1.5. Metodologi Pembuatan Tesis 
1.6. Sistematika Penulisan Tesis 
BAB II      :  LANDASAN TEORI CORE WALL 
2.1. Karakterisitik Bentuk dan Letak Core Wall 
2.2. Karakterisitik Beban Core Wall 
2.3. Torsi pada batang penampang dinding tipis terbuka 
2.4. Torsi pada batang penampang dinding tipis tertutup 
Universitas 
Sumatera 
Utara
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar